Kamis, 25 Juni 2009

let's go to library

Mengisi liburan sekolah anak anda... datang saja ke perpustakaan..

Saatnya liburan.... biasanya para siswa dan orang tua sudah merencanakan berbagai aktifitas saat liburan sekolah, ada yang akan menghabiskan masa liburannya di luar kota dan ada juga yang di dalam kota. Bagi para orang tua yang memiliki kocek lebih biasanya akan membawa anak-anaknya mengisi liburan dengan mendatangi beberapa tempat hiburan keluarga yang favorit. Namun sempatkah terlintas dalam rencana anda bahwa anda bisa mengisi liburan dengan mendatangi perpustakaan....LIBRARY?! WHY NOT......
Bagi anda yang ingin mencoba hal baru dalam menghabiskan masa liburan dapat mencoba hal ini, selain menambah wawasan anda dan anak-anak anda, kegiatan ini bisa menghemat pengeluaran keluarga. anda dapat mendatangi perpustakaan daerah disekitar tempat tinggal anda , untuk yang tinggal di jakarta dapat mengunjungi Kantor Pusdiklat Perpustakaan Nasional yang berada di Jalan Merdeka Selatan, di lokasi ini terdapat perpustakaan yang bangunannya memiliki ciri arsitektur Belanda jaman pra kemerdekaan, dengan sistem terbuka, dan tersedia kolesi bacaan anak-anak, anda dan keluarga pun dapat mengunjungi perpustakaan ini setelah berolah raga pagi di sekitar Monas yang berada persis di depan perpustakaan ini, atau anda dapat mencoba mengunjungi Perpustakaan Propinsi DKI Jakarta. selamat mencoba

Read more...

Sabtu, 20 Juni 2009

Harapan itu masih ada

Read more...

Selasa, 16 Juni 2009

Membangun Kualitas Anak Bangsa Usia sekolah, sebuah keniscayaan ?

Dalam membangun bangsa khususnya di bidang pendidikan kita tidak bisa melepaskan perhatian dari kondisi anak-anak usia sekolah, dari Sabang sampai Merauke terdapat jutaan peserta didik yang beragam kondisinya. Sudah bisa ditebak oleh kita bahwa kondisi dilapangan sungguh memprihatinkan, mungkin oleh sebagian orang yang hidup dikota akan mengatakan bahwa pendidikan di jaman sekarang sudah lebih baik, namun bila kita mau membuka mata untuk anak-anak negeri yang ada di pelosok terutama di luar pulau jawa maka kita akan mendapatkan beberapa fakta yang membuat kita menjadi miris, diantaranya :
  1. Tidak meratanya anak-anak Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk merasakan pendidikan yang layak karena tidak semua pemerintah daerah memiliki dana yang cukup atau memprioritaskan masalah tersebut.
  2. Dari zaman kerajaan Majapahit, penjajahan bangsa Belanda, sampai pemerintahan orde sekarang, pembangunan sektor ekonomi dan pendidikan hanya dan masih terpusat di kota-kota besar di pulau Jawa, sehingga anak-anak usia sekolah di daerah pelosok terutama di luar pulau Jawa memiliki akses yang relatif lebih kecil untuk mendapatkan pendidikan yang layak
  3. Masih banyak masyarakat pedesaan yang memiliki anggapan bila anaknya bisa cepat mendapatkan pekerjaan maka hal itu lebih baik, sehingga banyak anak usia sekolah yangtidak menamatkan pendidikan dasar 9 tahun.
  4. Bedasarkan hasil penelitian Organisasi Buruh Internasional (ILO) tahun 2008 di Indonesia jumlah anak-anak yang putus sekolah mencapai 4,18 juta, dan 19% dari anak-anak yang berusia dibawah 15 tahun tidak dapat bersekolah karena dengan terpaksa harus memasuki berbagai dunia lapangan kerja yang kebanyakan mengandalkan tenaga manusia dan lebih dikenal dengan nama buruh anak.
Berdasarkan paparan kondisi tersebut, penulis ingin mengajak semua pihak yang peduli dengan dunia pendidikan di negeri ini khususnya para praktisi pendidikan untuk sejenak merenungkan betapa rapuhnya generasi usia sekolah di negeri ini. Menurut Bank Dunia sejak tahun 1998, anak-anak Indonesia memiliki kebiasaan membaca yang rendah dan berada pada peringkat (skor 51.7 ), skor ini dibawah Filipina (52,6) , Thailand (65,1) , dan Singapura (74,0). Data lain menyebutkan BPS tahun 2006 mempublikasikan bahwa bagi masyarakat Indonesia ( bahkan masyarakat di perkotaan) belum menjadikan kegiatan membaca buku sebagai sumber utama dalam mendapatkan informasi.
Rendahnya minat baca dikalangan anak-anak usia sekolah di negeri ini dapat berpengaruh terhadap kualitas mereka kelak, karena membaca secara signifikan dapat membentuk kecakapan dalam penguasaan bahasa , keterampilan berkomunikasi, dan cendrung memiliki intelegensi tinggi (Cullian & Bagert , 1996 ). Penulis sering mengamati untuk sebagian masyarakat kota yang tinggal di perumahan - perumahan kelas menengah dan cendrung memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik juga memiliki kebiasaan yang sama , bahkan pada sebagian kalangan orang tuanya lebih senang melihat anaknya pandai dalam berakting di event-event kegiatan tertentu ketimbang pandai dalam pelajaran sekolah khususnnya pelajaran ilmu murni atau eksakta.

Hal ini tidak bisa di biarkan terus menerus dialami oleh sebagian besar generasi usia sekolah, masyarakat khususnya para orang tua harus bergerak membangun dan memperbaiki pendidikan , minimal dilingkungan sekitar rumah dengan membangun tradisi gemar membaca buku serta menjaga prestasi akademic anak-anaknya, karena bila sejak usia dini para orang tua tidak memperhatikan dan menjaga kualitas anak-anaknya maka akan dapat membahayakan masa depan mereka kelak, karena kualitas hidup mereka dapat lebih rendah dan kurang mampu berkompetisi dengan anak-anak dari negara-negara tetangga

Read more...